Kamis, 06 Juni 2013

MENGEMAS ADU JAGO SEBAGAI ASET WISATA

MENGEMAS ADU JAGO SEBAGAI ASET WISATA

Transaksi Jual Beli Ayam Petarung – Mengemas atraksi adu jago sebagai aset wisata sebenarnya sangat mudah, tapi kenapa di Indonesia sulit terwujud ? barangkali tingkat kesadaran semua pihak yang memang kurang, tidak hanya aparat pemerintah atau kepolisian yang susah diajak kompromi tetapi kalangan penghobi masih lebih mementingkan kemauanya sendiri selain itu pengusaha pariwisata juga kurang kreatif untuk berani mengangkat budaya masyarakat Indonesia yang sudah mengakar dan ada di mana-mana untuk dikemas sebagai atraksi wisata.
Memang kita harus tunduk pada hukum yang berlaku, dalam bentuk apapun judi memang dilarang termasuk yang ada di arena sabung ayam. Tapi jika mau menyadari harus unsur judinya yang dihilangkan bukan atraksi budaya yang dimusnahkan. Jika pihak berwajib menegakkan supremasi hukum harusnya dengan prosedur yang benar, biarkan atraksi sabung ayam tetap berlangsung, hanya yang kelihatan berjudi saja diproses secara benar. Jangan sampai dengan alasan menegakkan supremasi hukum dengan melanggar hukum.

Sementara bagi hobiis harusnya tahu mana yang melanggar hukum mana yang tidak, sehingga dalam menjalankan kesenangan mereka tetap dapat dilaksanakan tanpa adanya ketakutan, jika semuanya bisa menghormati hukum yang berlaku tentu pihak pengusaha pariwisata mau mengangkat sebagai atraksi yang menjadi tujuan wisata.
Apalagi di beberapa negara seperti di Cebu Philipina, Metro Manila, Manzanillo Kuba, Thailand serta beberapa negara berkembang dan maju lainya sudah mengemas adu jago sebagai atraksi wisata dan menjadi daya tarik tersendiri sehingga tidak sedikit devisa yang masuk dari atraksi tersebut.
Indonesia yang memiliki banyak suku bangsa dan kepulauan hampir merata di setiap daerah memiliki kegemaran (budaya) sabung ayam, namun belum satu daerahpun yang sudah mampu mengemas sebagai atraksi wisata yang bisa dikunjungi banyak orang secara terbuka. Upaya untuk mengangkat sabung ayam sebagai wisata memang sudah banyak yang mencoba seperti yang dilakukan Aspegos Surabaya yang menggelar Sawunggaling Cup, begitupula dengan P4AL Palembang yang pernah menggelar festival Ayam Laga, begitu juga Makassar yang mendirikan Aspalin segera memiliki kalangan resmi.
Dari pantauan Media Ayam semua daerah yang sudah mencoba melegalkan sabung ayam belum bisa berjalan lancar, seperti Sawunggaling Cup begitu diadakan untuk kali pertama tahun 2000 ternyata tidak lagi digelar pada tahun-tahun berikutnya. Sementara P4AL belum banyak mendapat dukungan dari semua kelompok masyarakat sehingga masih terjadi pro dan kontra. Aspalin yang baru dilantik Gubernur Sulsel diharap bisa menerapkan sistem yang tidak melanggar aturan tetapi para penghobi bisa menerima dan mendapat dukungan pemerintah setempat.
Jika benar-benar atraksi adu jago ini bisa dijadikan aset wisata seperti dilakukan di beberapa negara seharusnya semua pihak duduk satu meja untuk membahas system atau aturan yang tidak melanggar hukum dan ketentuan itu yang harus dipatuhi sehingga sabung ayam dapat di gelar secara resmi. Bagi penggemar bisa menyalurkan hobinya, bagi pebisnis bisa meningkatkan keuntungan, bagi pemerintah mendapat masukan pajak tontonan. Akhirnya semua pihak bisa diuntungkan tanpa mengorbankan kepentingan salah satu pihak. (Sut)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar