MENGEMAS ADU JAGO SEBAGAI ASET WISATA
Transaksi Jual Beli Ayam Petarung – Mengemas atraksi adu jago sebagai
aset wisata sebenarnya sangat mudah, tapi kenapa di Indonesia sulit
terwujud ? barangkali tingkat kesadaran semua pihak yang memang
kurang, tidak hanya aparat pemerintah atau kepolisian yang susah diajak
kompromi tetapi kalangan penghobi masih lebih mementingkan kemauanya
sendiri selain itu pengusaha pariwisata juga kurang kreatif untuk berani
mengangkat budaya masyarakat Indonesia yang sudah mengakar dan ada di
mana-mana untuk dikemas sebagai atraksi wisata.
Memang kita harus
tunduk pada hukum yang berlaku, dalam bentuk apapun judi memang dilarang
termasuk yang ada di arena sabung ayam. Tapi jika mau menyadari harus
unsur judinya yang dihilangkan bukan atraksi budaya yang dimusnahkan.
Jika pihak berwajib menegakkan supremasi hukum harusnya dengan prosedur
yang benar, biarkan atraksi sabung ayam tetap berlangsung, hanya yang
kelihatan berjudi saja diproses secara benar. Jangan sampai dengan
alasan menegakkan supremasi hukum dengan melanggar hukum.
Sementara bagi hobiis harusnya tahu mana yang melanggar hukum mana yang
tidak, sehingga dalam menjalankan kesenangan mereka tetap dapat
dilaksanakan tanpa adanya ketakutan, jika semuanya bisa menghormati
hukum yang berlaku tentu pihak pengusaha pariwisata mau mengangkat
sebagai atraksi yang menjadi tujuan wisata.
Apalagi di beberapa
negara seperti di Cebu Philipina, Metro Manila, Manzanillo Kuba,
Thailand serta beberapa negara berkembang dan maju lainya sudah mengemas
adu jago sebagai atraksi wisata dan menjadi daya tarik tersendiri
sehingga tidak sedikit devisa yang masuk dari atraksi tersebut.
Indonesia yang memiliki banyak suku bangsa dan kepulauan hampir merata
di setiap daerah memiliki kegemaran (budaya) sabung ayam, namun belum
satu daerahpun yang sudah mampu mengemas sebagai atraksi wisata yang
bisa dikunjungi banyak orang secara terbuka. Upaya untuk mengangkat
sabung ayam sebagai wisata memang sudah banyak yang mencoba seperti yang
dilakukan Aspegos Surabaya yang menggelar Sawunggaling Cup, begitupula
dengan P4AL Palembang yang pernah menggelar festival Ayam Laga, begitu
juga Makassar yang mendirikan Aspalin segera memiliki kalangan resmi.
Dari pantauan Media Ayam semua daerah yang sudah mencoba melegalkan
sabung ayam belum bisa berjalan lancar, seperti Sawunggaling Cup begitu
diadakan untuk kali pertama tahun 2000 ternyata tidak lagi digelar pada
tahun-tahun berikutnya. Sementara P4AL belum banyak mendapat dukungan
dari semua kelompok masyarakat sehingga masih terjadi pro dan kontra.
Aspalin yang baru dilantik Gubernur Sulsel diharap bisa menerapkan
sistem yang tidak melanggar aturan tetapi para penghobi bisa menerima
dan mendapat dukungan pemerintah setempat.
Jika benar-benar atraksi
adu jago ini bisa dijadikan aset wisata seperti dilakukan di beberapa
negara seharusnya semua pihak duduk satu meja untuk membahas system atau
aturan yang tidak melanggar hukum dan ketentuan itu yang harus dipatuhi
sehingga sabung ayam dapat di gelar secara resmi. Bagi penggemar bisa
menyalurkan hobinya, bagi pebisnis bisa meningkatkan keuntungan, bagi
pemerintah mendapat masukan pajak tontonan. Akhirnya semua pihak bisa
diuntungkan tanpa mengorbankan kepentingan salah satu pihak. (Sut)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar